15 Februari 2012

METODE PARTISIPATORIS UNTUK MELIBATKAN MASYARAKAT DALAM PERANCANGAN PROGRAM CSR

Oleh: Thamrin PH Simanjuntak
Metode partisipatoris memastikan bahwa masyarakat terlibat secara aktif di dalam program CSR mulai dari perancangan (desain), pelaksanaan (implementasi), evaluasi (monitor dan evaluasi).
Kondisi keterlibatan masyarakat menjamin bahwa program CSR yang dijalankan adalah program-program yang sangat mereka butuhkan. Masyarakat akan mempunyai rasa memiliki terhadap program, berpartisipasi langsung dalam program dan turut berupaya memastikan program berjalan dan berkelanjutan.
Metode partisipatoris adalah suatu metode komunikasi yang tidak dilakukan secara konvensional karena keterbatasan atau perbedaan kemampuan menyiapkan pesan (encoding) dan mengolah pesan (decoding) dari pihak yang berinteraksi dalam rangka menyelenggarakan suatu program bersama.
Metode partisipatoris ini terbukti efektif untuk menyampaikan pesan dan mendapatkan pesan (lebih jauh mendapatkan data/penelitian); dan selanjutnya kerjasama bisa dilakukan dengan rasa saling percaya tanpa ada kecurigaan.
Metode partisipatoris dalam pelaksanaannya menggunakan berbagai kegiatan yang disebut alat-alat kegiatan partisipatoris (partisipatory tools). Alat-alat ini mengalami pertumbuhan dalam jumlah dan variasi karena para fasilitator / petugas pendamping masyarakat dapat saja menemukan alat-alat baru dalam kegiatannya.
Alat-alat kegiatan partisipatoris antara lain:
A. Akar Masalah
B. Kalender Musim
C. Transek Jalan Setapak
D. Pemetaan
E. Analisis Manfaat dan Kerugian
F. Jaringan kerja
G. Jadwal Harian
H. Sejarah Kampung
I. Analisis Rangking Kesejahteraan
J. Analisis Proses Ekonomi
K. Diagram Venn
L. Analisis Kapasitas dan Kerentanan
M. Metode Menyampaikan Suatu Cerita
N. Penghayatan Peran
O. Analisis Krisis
Alat-alat kegiatan tersebut di atas dapat dipergunakan dalam tahapan program, meliputi:Identifikasi kondisi/masalah dalam masyarakat, perancangan program, pelaksanaan, monitor dan evaluasi.
Metode partisipatoris diterapkan melalui suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh wakil-wakil masyarakat dan di fasilitasi oleh pengelola program CSR yang dibantu oleh satu atau dua staf untuk memperlancar kegiatan (menyiapkan bahan dan mencatat informasi yang disampaikan peserta pertemuan). Peserta pertemuan antara 15 s/d 30 orang. Jika ada jenis/profesi anggota masyarakat yang tidak terwakili maka dibuatkan suatu pertemuan khusus untuk mereka. Misalnya jika pertemuan tidak dihadiri kaum perempuan maka akan dibuat pertemuan khusus kaum perempuan. Jika pertemuan tidak dihadiri mereka yang mencari nafkah di hutan, maka akan diadakan pertemuan khusus untuk mereka.
Pertemuan akan memakan waktu 3 sampai 4 jam. Pertemuan dapat mengambil tempat yang bebas, tidak harus di dalam ruangan, jika siang hari dapat dilakukan di bawah pohon yang rindang. Dalam satu kali pertemuan dapat digunakan 3 sampai 4 alat kegiatan partisipatoris. Setiap akhir pertemuan disampaikan informasi yang terkumpul dan dituangkan di atas kertas untuk ditempelkan di papan pengumuan kampung, atau di depan rumah fasilitas umum.
A. Metode Akar Masalah
Dengan metode ini fasilitator akan menanyakan masalah apa saja yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya masyarakat diajak berpikir bersama untuk menggali lebih jauh tentang penyebab masalah tersebut. Demikian seterusnya sampai ditemukan akar masalah yang sebenarnya. Dengan ditemukannya akar masalah, maka solusi atau cara mengatasi masalah tersebut akan lebih tepat. Misalnya permasalahan meningkatnya kehamilan di luar nikah. Ternyata akar masalahnya adalah kurangnya pendidikan orang tua kepada anak gadis dan perjaka mereka tentang prilaku berpacaran yang sehat. Beredarnya film-film porno hanya pemicu yang dapat merusak gadis dan perjaka yang tidak mempunyai bekal informasi untuk menangkal godaan tersebut. Jadi untuk permasalahan meningkatnya kehamilan di luar nikah harus diatasi dengan menatar para orang tua tentang bagaimana dalam hal ini mengajari anak-anak mereka. Tindakan disiplin kepada pemuda pemudi yang keluar malam adalah pencegahan tambahan.
B. Metode Kalender Musim
Hasil akhir pertemuan dengan metode ini adalah tabel bulan Januari sampai dengan Desember yang terisi dengan kegiatan-kegiatan yang dialami masyarakat yang berulang seperti hujan dan panas, masa tanam dan panen tanaman tertentu, perayaan adat dan agama, dll.
C. Metode Transek Jalan Setapak
Dengan metode ini, peserta pertemuan dan fasilitator akan berjalan kaki dari ujung batas kampung ke ujung batas kampung sisi yang lain (dari Barat ke Timur atau dari Utara ke Selatan). Apa yang disaksikan di kiri dan kanan jalan akan dipertanyakan dan dijelaskan kegunaannya. Dengan ini akan terlihat tingkat variasi kehidupan di kampung tersebut.
D. Metode Pemetaan
Peserta pertemuan akan berkumpul melingkari sebuah kertas besar atau tanah kosong yang akan digambar dengan peta utuh satu kampung. Para peserta akan menandai lokasi-lokasi penting di peta kampung tersebut, seperti: mata air, rumah ibadah, jalan kampung, kantor kepala kampung, puskesmas, kolam ikan, ladang jagung, batas-batas kampung dan lain sebagainya.
Fasilitator akan mengenal kampung itu dengan lebih baik lagi.
E. Metode Analisis Manfaat dan Kerugian
Dengan metode ini, fasilitator pertemuan akan mengajak bersifat kritis terhadap sesuatu yang sudah terlanjur dianggap baik atau terlanjur dianggap buruk. Misalnya mempertanyakan manfaat dan kerugiannya.
Obyek Analisis
Manfaat
Kerugian
Bersekolah/Belajar
Tambah pintar, Dapat pekerjaan, Hidup makmur
Tidak bisa membantu ke ladang, keluar biaya, suka berdebat dengan orang tua
Transmigrasi
Lahan ngangur dimanfaatkan.
Menguasai toko-toko di desa
Pabrik minyak bumi
Menambah penghasilan orang desa yang bekerja di pabrik tersebut
Pabrik berisik dan menge-luarkan asap. Binatang buruan menjauh dari desa.
F. Metode Jaringan Kerja
Dalam metode ini, fasilitator akan mengajak peserta untuk bertukar pengetahuan tentang hubungan antara antar manusia, antar profesi atau antar kantor. Dapat dimulai dengan kehidupan Kepala Kampung; dilakukan inventarisasi kepada siapa saja kepala kampung berhubungan dan untuk urusan apa (perijinan, pernikahan, pesta, kriminalitas, dan berbagai urusan lainnya); Selanjutnya fasilitator bisa menguraikan jaringan kerja pengelola program CSR.
G. Metode Jadwal Harian
Para peserta pertemuan akan mencoba mengingat kembali kegiatan mereka dalam satu hari (24 jam); jika berbeda, hari-hari khusus diurai terpisah (hari Jumat atau hari Minggu). Setiap profesi akan mempunyai jam-jam sibuk yang berbeda. Misalnya penyadap karet sudah bangun dan berangkan ke kebun pukul 4 pagi; atau nelayan sudah ke laut pukul 8 malam dan pulang pukul 4 pagi.
H. Metode Sejarah Kampung
Ada baiknya kita mengenal sejarah suatu kampung. Hal ini biasanya berpengaruh kepada kehidupan sosial di kampung sampai saat ini. Seusai pertemuan dengan metode ini, kita akan mengerti mengapa ada beberapa orang tua yang “dituakan” atau mengapa kepala kampung selalu terpilih dari keluarga tertentu saja. Kita juga akan mengetahui dengan kampung mana saja kampung tersebut “berafiliasi”. Hubungan perkawinan penduduk antar kampung juga menambah keakraban masyarakat antar kampung.
I. Metode Analisis Rangking Kesejahteraan
Siapa yang paling kaya (sejahtera) di kampung kita? Siapa paling miskin (kurang sejahtera)? Bagaimana dengan Anda? Siapa yang lebih kaya dari Anda? Mengapa? Apa ukurannya?
Diskusi pada pertemuan ini harus dibawakan dengan penuh humor agar jangan ada yang tersinggung. Yang ingin dibahas sebenarnya adalah bahwa tingkat kesejahteraan itu ada rumusnya dan bisa dicapai jika rumusnya dipenuhi. Misalnya, Pak Jacob itu sejahtera karena dia berhasil menjalankan usaha perdagangannya. Ia pandai mencari barang-barang yang murah dan kemudian dijual dengan kredit. Ia rajin berpergian dan memiliki banyak teman. Orangnya ramah dan suka menolong. Ia juga pegurus rumah ibadah. Bagaimana dengan Anda? Seberapa jauh kondisi Anda dibanding Pak Jacob?
J. Metode Analisis Proses Ekonomi
Dengan metode ini fasilitator mengajak peserta pertemuan belajar mengenai proses ekonomi. Belajar tentang penjualan dan pembelian, harga, produksi, promosi, kerugian dan keuntungan. Jika membutuhkan contoh nyata, maka diambil aktivitas ekonomi yang ada di kampung tersebut. Misalnya pengumpulan rotan dari hutan: Berapa harga rotan saat ini? Apakah ada perubahan sejak dua tahun lalu? Mengapa harga bisa berubah? Siapa yang membeli rotan tersebut? Maengapa ada rotan yang harganya lebih mahal?
Pertemuan ini akan mempertajam daya analisis ekonomi peserta petermuan. Untuk selanjutnya intervensi program CSR di bidang ekonomi akan lebih efektif.
K. Metode Diagram Venn
Diagram Venn adalah tabel gambar yang menunjukkan hubungan antara para pemangku kepentingan dengan masyarakat peserta pertemuan. Para pemangku kepentingan antara lain meliputi Kepala Kampung, Pegawai Dinas Pertanian (atau dinas yang lain), Pengurus Rumah Ibadah, Raohaniawan, Organisasi Masyarakat, Koperasi, Pedagang Pengumpul, Militer, Polisi, dll.
Dari gambar tersebut dapat dibaca kecenderungan konsultatif masyarakat terhadap para pemangku kepentingan.
Gambar “Masyarakat” akan dipasang dengan gambar-gambar para pemangku kepentingan satu persatu (gambar “Kepala Kampung”, gambar “Pengurus Rumah Ibadah” dan gambar yang lain.
Para peserta yang memutuskan apakah gambar pemangku kepentingan tertentu diletakkan jauh atau dekat dengan gambar masyarakat.
Gambar yang berdekatan menunjukkan kedekatan hubungan masyarakat dengan pemangku kepentingan tersebut. Jika kita menemukan bahwa gambar Kepala Kampung diletakkan jauh dari gambar masyarakat dan gambar rohaniawan lebih dekat, maka ada penjelasan yang harus diberikan para peserta mengenai kondisi Kepala Kampung tersebut.
L. Metode Analisis Kapasitas dan Kerentanan
Dalam pembahasan risiko bencana, bencana akan memberikan risiko lebih besar kepada mereka yang rentan dan risiko yang lebih kecil kepada yang sudah memiliki kapasitas kesiagaan bencana.
Metode ini mengajak para peserta pertemuan menilai diri masing-masing apakah mereka berada pada posisi dengan risiko terbesar ataukah mereka sudah berkapasitas siaga bahkan telah menjadi koordinator kelompok tanggap bencana.
Persiapan bencana tidak hanya penyiapan alat evakuasi tetapi juga prosedur kordinasi tindakan dan pembagian tugas di antara masyarakat. Mereka yang termasuk paling rentan (orang tua dan anak-anak) harus mendapat penanganan khusus pada saat bencana.
M. Metode Penghayatan Peran
Metode ini memungkinkan para peserta berifat “assertive” sehingga mudah mengerti terhadap perilaku orang lain. Mereka akan menyadari bahwa jika mereka berada pada posisi yang sama maka mereka akan bertindak seperti itu. Pengetahuan yang didapat dari metode ini akan meredam banyak potensi konflik di antara masyarakat.
N. Metode Analisis Krisis
Metode ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara cepat kondisi masyarakat pasca bencana. Ada kondisi krisis yang terlihat dan ada kondisi krisis yang belum terlihat. Awalnya, pasca bencana, banyak orang kehilangan tempat tinggal. Berikutnya adalah kondisi kesehatan yang terganggu di pengungsian. Selanjutnya mereka yang mengungsi harus memulai hidup baru di lahan yang baru atau kembali di lahan yang lama. Demikian bisa terjadi krisis-krisis yang memicu krisis berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar